jeudi 4 juin 2009
Dimanakah TUHAN?
DIMANAKAH TUHAN ?
[Diambil dari E-BOOK "Pelangiku Warna Ungu" yang bisa
di download dari bagian FILES di Milis SI
<http://groups/yahoo.com/group/spiritual-indonesia>.]
Ketika bencana menimpa tiba-tiba, tanpa diduga, tanpa
disangka, tanpa diharapkan... bahkan tanpa terpikirkan
sama sekali: Dimanakah Tuhan?
Pertanyaan tentang "Dimanakah Tuhan ketika bencana
menimpa?" bukan hanya datang akhir-akhir ini saja. Di
setiap kebudayaan, setiap masa, setiap periode, setiap
abad kehidupan manusia, pertanyaan itu selalu hadir.
Dan hadir tepat pada saat bencana itu datang.
Dimanakah Tuhan? Mengapa harus saya yang menanggung
bencana ini, Tuhan? Adakah Tuhan ada?
Ketika setengah juta orang Aceh tersapu badai Tsunami,
dimanakah Tuhan? Ketika ribuan orang Yogya mati
tertimpa reruntuhan rumah mereka sendiri saat gempa
bumi terjadi, dimanakah Tuhan?
Tidakkah saya sudah berbakti kepada Tuhan? Tidakkah
saya sudah membayar sedekah? Tidakkah zakat fitrah dan
segala hutang saya kepada fakir miskin yang diwajibkan
oleh Tuhan telah saya bayar dengan sempurna?
Tapi dimanakah Tuhan? Dimanakah Tuhan yang saya
sembah? Dimanakah Tuhan yang saya percayai?
Jawaban yang paling mendekati kebenaran mungkin hanya
bisa diberikan oleh Nabi Ayub (lihat Bagian Perjanjian
Lama dalam Alkitab). Ayub adalah seorang yang sangat
taat beribadah, dan menerima segala berkat dari Tuhan.
Tetapi Setan datang ke hadapan Tuhan dan meminta ijin
untuk mendatangkan segala bala itu. Apabila Ayub bisa
tergoda dan mengutuk Tuhan, maka menanglah Setan,
begitulah perjanjiannya. Dan karena Ayub adalah yang
paling bertakwa diantara manusia dijamannya, maka
berarti tak akan ada lagi makhluk berupa manusia di
dunia yang bisa menyembah Tuhan dengan ikhlas dan
pasrah, apapun yang diterimanya.
Dan Tuhan mengijinkan. Sekali lagi saya tulis, Tuhan
mengijinkan. Tuhan mengijinkan Setan untuk
mendatangkan segala bala bencana bagi Ayub, seorang
manusia yang sangat bertakwa dan dicintai Tuhan.
Tetapi, Tuhan apa itu yang mengijinkan bencana datang
bagi umatnya?
Tuhan adalah Tuhan, dan kitab suci Yahudi dan Kristen
menuliskan bahwa Tuhan "mengijinkan" Setan untuk
mendatangkan bencana bagi Ayub. Hal ini bisa menjadi
suatu simbol tentang pengertian bahwa bencana bisa
terjadi dimana saja, dan kapan saja. Dan tidak ada
perbedaan antara umat Tuhan dan umat Setan. Ayub,
seorang penyembah Tuhan yang paling bertakwa
sekalipun, tidak luput dari hal ijin-mengijinkan yang
diberikan oleh sesembahan seluruh alam semesta.
Tuhan mengijinkan.
Dan runtuhlah segala harta kekayaan dan keluarga yang
dimiliki oleh Ayub. Ribuan ternaknya habis.
Anak-anaknya mati tertimpa bangunan tempat mereka
berpesta. Ayub sendiri terserang penyakit kulit yang
tak tersembuhkan. Gatal-gatal sehingga dia menggaruk
kulitnya sendiri sampai tinggal tulang. Dan tetap
tidak bisa mati.
Sebagaimana layaknya manusia beradab, berdatanganlah
sahabat-sahabat Ayub untuk menengok dan menghiburnya.
Seorang sahabat berusaha menghibur dengan mengingatkan
Ayub akan dosa-dosanya. Hm, tidak ada itu, kata Ayub.
Sahabat yang lain mencoba menghibur dengan satu dan
lain cara. Semuanya memberikan pengertian-pengertian
yang tak satupun bisa diterima oleh Ayub.
Pertanyaan asal tetap ada: Mengapa harus saya, Tuhan?
Dan Tuhan tetap diam membisu, walaupun di langit antah
berantah entah dimana, komunikasi antara Setan dan
Tuhan tetap berlangsung. Begitulah yang terekam di
Kitab Suci. Dan Setan tertawa-tawa, dan Tuhan tetap
menjawabnya tanpa ekspressi.
Wah, ternyata Si Ayub masih bertahan, kata Setan.
Ternyata dia masih percaya padaMu, Tuhan, kata Setan.
Repot juga yah, menjadi umat Tuhan: tetap percaya
walaupun bencana menimpa... Kurang lebih begitulah
komentar Setan di hadapan Tuhan.
Tapi Tuhan tetap diam saja tanpa ekspressi.
Dan itu berlangsung sampai Ayub ditinggalkan seorang
diri. Duduk di bawah pohon kering kerontang di tengah
padang pasir. Milik tidak lagi dia punya, sanak
saudara juga tidak. Sahabat semuanya sudah bergiliran
membesuknya. Tak ada lagi yang dia punya. Dan tubuhnya
yang penuh bisul bernanah mengakibatkannya dianggap
sebagai persona non grata, orang yang tak diinginkan.
Itulah yang menyebabkan dia duduk seorang diri seperti
seekor anjing pengidap penyakit kulit. Tak ada yang
mendekat, tak ada yang menghiraukan.
Kitab Suci mencatat bahwa tidak ada malaikat yang
datang menghibur Nabi Ayub. Tidak ada keajaiban apapun
yang terjadi selain hal-hal biasa saja sebagaimana
layaknya yang pasti terjadi ketika seorang kaya raya
yang penuh berkat tertimpa mala petaka. Ketika tak ada
lagi harta miliknya yang tersisa.
Setelah semuanya meninggalkannya, orang saleh yang
bertakwa itu mulai menumpahkan segala keluh kesahnya
ke hadapan Tuhan. Nah, ternyata tidak kebal juga dia.
Memang bukan kutukan terhadap nama Tuhan, tetapi keluh
kesah. Complaints. Dia mengeluh: Mengapa saya Tuhan?
Dan Ayub mendasarkan keluh kesahnya atas kebenaran
yang ada di dirinya. Atas segala baktinya terhadap
Tuhan maupun sesama. Mengapa semua itu tidak dihitung
oleh Tuhan? Mengapa Tuhan mengijinkan segala bencana
untuk datang terhadap orang yang paling bertakwa?
Apakah Tuhan kekurangan orang zalim sebagai sasaran
bencana? Dan,... mengapa Setan bisa memperoleh
audiensi di hadapan Tuhan, sedangkan manusia bertakwa
harus menjadi taruhan antara Setan dan Tuhan tentang
kesanggupan bertahan ketika bencana datang?
Dan Tuhan tetap diam saja.
Kitab Suci hanya menuliskan bahwa segalanya itu baru
berakhir ketika Ayub menyadari bahwa segala
kebenarannya, segala baktinya itu, ternyata tidak
berarti apa-apa. Tuhan adalah Tuhan, dan Tuhan akan
melakukan apa yang Tuhan inginkan.
Tidak ada yang namanya ritual menyogok Tuhan dengan
ibadah dan amal zariah. Semuanya kembali kepada Tuhan.
Apa yang ingin Tuhan lakukan, itulah yang
dilakukanNya. Segala kebenaran manusia yang dipupuknya
melalui amal ibadah tidak menjadi hitungan.
Ketika hal itu disadarinya, barulah Ayub tersedu-sedu.
Ayub menangis dan melaburkan segala abu serta pasir
kering kerontang itu ke seluruh wajahnya. Dia minta
ampun karena mencoba menilai Tuhan dengan perangkat
manusia. Kriteria manusia ternyata tidak berlaku.
Tak banyak yang tertulis di Kitab Suci setelah episode
itu selain bahwa Ayub akhirnya sembuh dari penyakit
kudisnya dan memperoleh kembali dua kali lipat
daripada segala harta benda yang pernah dimilikinya.
Cuma itu saja. Cuma setelah Nabi Ayub menyadari bahwa
segala status "orang benar" yang dimilikinya tidak
berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Tuhan adalah Tuhan,
dan Tuhan akan melakukan apa yang diinginkannya.
mercredi 3 juin 2009
Apakah Katolik menyembah Maria?
Kalau kita masuk ke Gereja Katolik, di mana saja di belahan dunia ini, kita
akan melihat banyak patung-patung. Ada patung Yesus, ada patung Santo dan
Santa dan hampir pasti ada patung Maria. Banyak orang memasang lilin,
berlutut
dan berdoa di depan patung Maria. Ada yang berdoa sambil menunduk, ada yang
berdoa sambil memegang kaki patung Maria, ada yang menatap patung itu dan
tidak jarang yang berdoa dan menangis di bawah patung Maria. Kalaupun di
situ
ada patung Yesus, kemungkinan lebih banyak orang berdoa di depan patung
Maria
ketimbang di depan patung Yesus.
Nah, kalau begitu bukankah orang Katolik adalah penyembah patung? Kalau
begitu
bukankah orang Katolik adalah penyembah Maria? Salahkah kalau mereka yang
tidak menyukai Gereja Katolik kemudian berpersepsi bahwa peran Maria di
dalam
Gereja Katolik jauh lebih menonjol dari peran Yesus itu sendiri. Buktinya
gambar dan patung Maria dibuat jauh lebih besar sedangkan gambar atau patung
Yesus digambar sebagai anak kecil yang digendong oleh Maria.
Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Maria hanyalah sebuah saluran,
sebuah
selang yang mengalirkan air yaitu Yesus. Selangnya tidak penting dan yang
lebih penting adalah airnya. Benarkah demikian? Fakta sejarah memang
menunjukkan bahwa banyak orang Katolik berdevosi kepada Maria. Sungguhkah
ini
suatu hal yang keliru dan tercela? Apakah dengan demikian orang Katolik
menyembah Maria? Hal ini sungguhlah suatu hakekat iman Kristen yang wajib
diluruskan. Banyak orang yang tidak suka pada Gereja Katolik, kemudian
menggunakan devosi Maria di dalam Gereja Katolik sebagai bahan untuk
menjelek-jelekkan Gereja Katolik. Dan yang lebih memprihatinkan banyak orang
Katolik sendiri yang kurang paham menjadi ragu dan secara diam-diam kemudian
meninggalkan Gereja Katolik.
Tidak semua orang Kristen non-katolik berpikiran demikian.
Bahkan seorang pendeta kondang seperti Bapak Yusuf Roni
pernah mengisi kebaktian Natal bersama di tahun 1996
dengan tema: "Kerelaan Maria".
Di bawah adalah kutipan dari sebagian kotbah beliau
yang mungkin dapat kita jadikan bahan renungan kali ini.
"Bagi orang Protestan, Maria ini kurang besar dengungnya.
Mungkin karena sikap Protestan yang anti Katolik sangat emosional sehingga
menjadi sentimen terhadap Maria, sehingga lupa terhadap kemanusiaan Kristus
berasal dari Maria. Karena itu kedudukan dan peran Maria di dalam Injil
tidaklah sama dengan peran Petrus, Paulus atau Yusuf. Karena Maria
memberikan
kedagingan pada Yesus sehingga Ia menjadi makhluk. Herannya, peran Petrus,
Paulus bahkan Pontius Pilatus menjadi lebih baik dan lebih banyak di dalam
Gereja Protestan dibandingkan dengan peran Maria itu sendiri. Hal inilah
yang
perlu saya ingatkan karena Maria memiliki lambang yang begitu kekal terhadap
umat dan Gereja Tuhan yang ada di tengah-tengah dunia ini."
"Kemanusiaan Yesus, kemakhlukan Yesus, dan kedagingan Yesus diambil
sepenuhnya
dari Maria. Kalau kita menolak kemanusiaan Yesus, sesungguhnya kita menolak
Maria, karena Maria-lah yang memberikan kedagingan kepada Yesus. Karena
genetikanya bukan diambil dari Yusup melainkan dari Maria itu sendiri.
Bapak2
gereja sejak Ignatius Uskup Antiokia di Siria pada tahun 110 Masehi
mengadakan
pembelaan terhadap orang yang menolak kemakhlukan Yesus sekaligus menolak
Maria yang melahirkan Kristus, disambung oleh bapak2 gereja yaitu Aristides
tahun 140, Yustinus tahun 163, Erenius tahun 202 dan Tertulianus tahun 222
Masehi."
"1500 tahun Gereja menghormati Maria. Baru abad ke 15, Maria disingkirkan
dari
Gereja. 1500 tahun itu Gereja hidup tanpa banyak masalah karena mereka
mempunyai pola, dasar, gambaran kepada Maria. Hal ini ingin saya tegaskan,
jangan sampai kita meninggalkan apa yang diajarkan oleh Gereja. Dikatakan
dengan jelas di sini bahwa Maria adalah seorang pribadi, bukan hanya sambil
lalu saja. Seringkali kita punya pengertian bahwa Maria itu hanyalah sebuah
alat, sambil lewat saja seperti pipa. Pipa yang menyalurkan air, air itu
tidak
berasal dari pipa, air itu berasal dari sumber, jadi Maria itu apa bedanya
dengan pipa hanya menyalurkan begitu saja. Oh tidak, Allah itu Maha Tahu.
Dia
sudah mempersiapkan sejak manusia jatuh dalam dosa, telah dinubuatkan yaitu
benih perempuan yang akan meremukkan benih ular itu."
"Saudara kalau melihat gambar Maria menggendong Yesus, seringkali orang
berpikir ini Katolik. Kenapa? Ya Yesusnya kecil, Maria-nya diperbesar.
Karena
saudara pikir bahwa orang Katolik lebih menekankan Marianya dari pada
Yesusnya. Itu adalah persepsi kita. Persepsi kita, kita jadikan tuduhan
kepada
orang lain. Ini tidak benar, mestinya fakta. Gambar seperti ini ditonjolkan
kedalam gereja mula-mula, tidak lain maksudnya Maria sebagai gereja
mengemban
Sang Firman. Firman itu selalu ada di dalam pelukan gereja, sehingga gereja
dan firman tidak dapat dilepaskan."
"Kalau pola dasar ini terus-menerus dipegang oleh Gereja, maka Gereja tidak
akan punya masalah. Gereja punya masalah karena Gereja tidak lagi mengemban
firman. Yang diemban adalah pendapat manusia, pendapat orang. Sehingga
setiap
orang kotbah, dua orang kotbah ada dua pendapat. Saudara perhatikan di
gereja
Protestan, maaf, apalagi Pantekosta apalagi yang Karismatik, lima orang lima
pendapat beda-beda satu dengan yang lain, dua orang kotbah dua pendapat.
Perhatikan gereja mula-mula, sepuluh orang kotbah satu pendapat, meskipun
berbeda-beda tapi satu."
Demikianlah sebagian dari yang pernah
disampaikan oleh oleh Bapak Pendeta Yusuf Roni.
Perihal Maria adalah hakekat iman Kristen yang sungguh sangat hakiki. Kita
perlu meluruskannya terlepas dari apakah orang suka atau tidak suka pada
Gereja Katolik. Biarlah orang tidak menyukai Gereja Katolik, tapi janganlah
eksistensi Maria dikaburkan karena ini sungguhlah merupakan pelecehan
terhadap
iman Kristen itu sendiri. Mengapa demikian ?
Berbicara mengenai iman Kristen sungguhlah tidak afdol tanpa merujuknya pada
Alkitab. Orang Kristen selalu mengatakan bahwa referensi utama iman Kristen
adalah Alkitab - walaupun bagi Gereja Katolik, Alkitab bukanlah satu-satunya
referensi karena Gereja Katolik juga mengenal Tradisi. Tapi untuk kali ini
ada
baiknya kalau kita singkirkan pembahasan tentang Tradisi dan kita fokus pada
Alkitab. Mari kita lihat apa yang ada di dalam Alkitab, yang berhubungan
dengan eksistensi Maria. Bagaimana prosesnya sehingga Allah kemudian memilih
Maria jauh sebelum Yesus datang ke dunia ini.
Semuanya ini berawal dari dosa manusia pertama yaitu Adam dan Hawa yang
makan
buah terlarang, sehingga Allah menghukumnya: seperti yang dikisahkan di
dalam
kitab Kejadian 3: 1-14. Allah tidak saja menghukum Adam dan Hawa, akan
tetapi
Allah juga mengutuk sang ular (iblis) yang menggoda mereka.
Allah berkata: "...terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara
segala binatang di hutan. ...Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau
dan
perempuan ini; antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan
meremukkan kepalamu."
(Kejadian 3: 14-15)
Yang dimaksud dengan perempuan ini adalah Maria keturunan Daud yang kemudian
akan melahirkan Yesus yang berkuasa untuk meremukkan kepala sang ular.
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya pemilihan Maria sudah
dinubuatkan
sejak Perjanjian Lama.
Sebagai tambahan, karena dosa Hawa itulah Allah kemudian berfirman
kepadanya:
"Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan
engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan
ia
akan berkuasa atasmu." Dan hal inilah yang menjadikan kodrat wanita sampai
saat ini.
Selanjutnya, di dalam Perjanjian Baru
Injil Lukas 1:26-31 digambarkan bahwa Allah
menyuruh malaikat Gabriel untuk menemui Maria.
Malaikat itu berkata:
"Salam, hai engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau... Sesungguhnya
engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan
hendaklah engkau menamai dia Yesus."
Bandingkanlah Injil Lukas di atas dengan kalimat pertama di
dalam doa Salam Maria yang diajarkan oleh Gereja Katolik:
"Salam Maria penuh Rahmat Tuhan sertamu, terpujilah
engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus."
Andaikata kita mengulangi kembali apa yang diucapkan oleh
malaikat itu, dapatkah orang Katolik dikatakan menyembah Maria?
Kemudian kalimat kedua di dalam Doa Salam Maria berkata:
"Santa Maria, Bunda Allah doakanlah kami yang
berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amien."
Andaikata anda datang kepada seorang pastor, suster, pendeta atau bahkan
kepada seorang teman dan berkata doakanlah saya supaya saya kelak lulus
ujian.
Apakah dengan begitu Anda menyembah pastor, suster, pendeta atau teman
tersebut?
Kalau begitu, benarkah orang Katolik menyembah Maria?
Orang seringkali tidak dapat melihat suatu fakta atau kenyataan secara
jernih
bila sudah memiliki prasangka dan persepsi negatif, apalagi kalau dibarengi
dengan perasaan tidak suka. Maka, tepatlah seperti apa yang dikatakan oleh
Bapak Pendeta Yusuf Roni: "Janganlah mengabaikan peran Maria, hanya karena
tidak suka pada Gereja Katolik".
Maria adalah satu-satunya manusia yang penuh dengan Roh Kudus.
Banyak ayat-ayat di dalam Alkitab yang menunjang fakta ini.
Bila saya bertanya kepada Anda, dimanakah sekarang
Bunda Allah ini berada? Saya yakin dan percaya kita
sepakat menjawab bahwa Maria sekarang ada di Surga
Apakah Yesus itu Tuhan?
Apakah anda bisa menjawab beberapa pertanyaan berikut?
1. Benarkah Yesus itu Tuhan?
2. Pernahkah Yesus meng-klaim bahwa Ia adalah Tuhan?
3. Dari Injil Matius sampai dengan Wahyu pernahkah Yesus meng-klaim
bahwa Ia adalah Tuhan?
4. Dalam kitab suci Yesus sering di sebut Anak Allah, Anak domba Allah,
Gembala yang baik, Mesias, Juru Selamat, Guru, tapi pernahkah Ia meng-klaim
bahwa Ia adalah Tuhan?
5. Tahukah nama Allah itu siapa?
Banyak dari kita yang mengaku orang christiani (entah protestant, pantekosta, evangeliste, katolik, ortodox, anglican, dsb) tak mengetahui jawaban pastinya. Kami dulupun tak mengetahui secara pribadi, namun puji Tuhan ia memberikan jawabanNya.
Ingatlah baik baik akan jawaban ini, hafalkan ayat ini secara lengkap agar menjadi bukti jika ada sesorang yang menanyakan hal itu kepada kita.
*YESUS ITU ADALAH TUHAN*, dan Ia pernah meng-klaim bahwa Ia adalah Tuhan
satu kali Ia mengatakan dan tertulis dalam kitab suci pada saat Ia membasuh
kaki para murid sebelum Ia wafat di kayu salib Ia meng-klaim bahwa Ia adalah
Yohanes 13 : 13 - 14 menyebutkan 'Kamu menyebut aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat. Sebab memang Akulah Guru dan Tuhan, jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu"
Kita pun dapat bangga sebagai orang kristiani, karena kita mengetahui nama Allah kita, yaitu YESUS dalam
yohanes 17 : 11 " Dan Aku tidak lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita"
malah di ulang oleh yesus di kelanjutannya
yohanes 17 : 12 "Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, Yaitu namaMu yang telah Engaku berikan kepadaKu. Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah di tentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis di dalam kitab suci"
Itulah buktinya bahwa Yesus itu adalah Allah Tuhan kita, dan kita boleh berterima kasih karena kita telah boleh menyebut Yesus Allah Tuhan kita dengan sebutan BAPA dimana kita adalah anak anak Allah.
Semoga ayat ini dapat memperkuat iman kita semua.
(di ambil dari artikel Vincentius Frans)
1. Benarkah Yesus itu Tuhan?
2. Pernahkah Yesus meng-klaim bahwa Ia adalah Tuhan?
3. Dari Injil Matius sampai dengan Wahyu pernahkah Yesus meng-klaim
bahwa Ia adalah Tuhan?
4. Dalam kitab suci Yesus sering di sebut Anak Allah, Anak domba Allah,
Gembala yang baik, Mesias, Juru Selamat, Guru, tapi pernahkah Ia meng-klaim
bahwa Ia adalah Tuhan?
5. Tahukah nama Allah itu siapa?
Banyak dari kita yang mengaku orang christiani (entah protestant, pantekosta, evangeliste, katolik, ortodox, anglican, dsb) tak mengetahui jawaban pastinya. Kami dulupun tak mengetahui secara pribadi, namun puji Tuhan ia memberikan jawabanNya.
Ingatlah baik baik akan jawaban ini, hafalkan ayat ini secara lengkap agar menjadi bukti jika ada sesorang yang menanyakan hal itu kepada kita.
*YESUS ITU ADALAH TUHAN*, dan Ia pernah meng-klaim bahwa Ia adalah Tuhan
satu kali Ia mengatakan dan tertulis dalam kitab suci pada saat Ia membasuh
kaki para murid sebelum Ia wafat di kayu salib Ia meng-klaim bahwa Ia adalah
*Guru dan Tuhan* ini tertulis dalam injil Yohanes 13:13-14 (* ingat
baik-baik ayat ini *)Yohanes 13 : 13 - 14 menyebutkan 'Kamu menyebut aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat. Sebab memang Akulah Guru dan Tuhan, jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu"
Kita pun dapat bangga sebagai orang kristiani, karena kita mengetahui nama Allah kita, yaitu YESUS dalam
yohanes 17 : 11 " Dan Aku tidak lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita"
malah di ulang oleh yesus di kelanjutannya
yohanes 17 : 12 "Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, Yaitu namaMu yang telah Engaku berikan kepadaKu. Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah di tentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis di dalam kitab suci"
Itulah buktinya bahwa Yesus itu adalah Allah Tuhan kita, dan kita boleh berterima kasih karena kita telah boleh menyebut Yesus Allah Tuhan kita dengan sebutan BAPA dimana kita adalah anak anak Allah.
Semoga ayat ini dapat memperkuat iman kita semua.
(di ambil dari artikel Vincentius Frans)
Inscription à :
Articles (Atom)